Sabtu, 15 Maret 2014

Dosen farmasi raih penghargaan Elsevier Foundation

Dr. Ritmaleni, S.Si., dosen Fakultas Farmasi UGM berhasil meraih penghargaan dari Elsevier Foundation










alam kategori  Early Career Women Scientist in the Developing Word 2014. Ia terpilih menerima penghargaan  untuk karya-karyanya dalam memanfaatkan kimia sintetik organik untuk pengembangan obat-obatan tropis.
Setiap tahunnya Elsevier Foundation memberikan penghargaan bagi peneliti wanita. Tahun  ini, penghargaan diberikan untuk peneliti wanita di bidang kimia yang berada di negara berkembang.
Selain Ritmaleni, penghargaan juga diserahkan kepada empat peneliti muda lainnya yang juga berasal dari negara berkembang. Mereka adalah peneliti dari Jamaika, Nigeria, Uzbekistan, dan Yaman. Penghargaan disampaikan dalam American Association for the Advancenment of Science (AAAS) Anual Meeting di Chicago, Amerika Serikat, pada 15 Februari 2014 lalu.
Penghargaan diberikan berdasarkan penilai juri terhadap perolehan penghargaan yang telah diraih. Selain itu, publikasi ilmiah yang telah diterbitkan dalam jurnal nasional maupun internasional juga menjadi penilaian.
“Yang dinilai adalah keseluruhan jejak rekam atas apa yang sudah dilakukan selama ini,” kata Ritmaleni, Senin (3/3) di Fakultas Farmasi UGM.
Leni, begitu biasanya ia disapa, mengaku bangga dan senang atas penghargaan yang diberikan. Pasalnya penghargaan untuk riset-riset berbasis ilmu pengetahuan dasar masih sangat kurang di negara berkembang termasuk Indonesia.
“Tawaran dana penelitian untuk ilmu-ilmu dasar masih sangat kurang, kebanyakan untuk yang bersifat aplikatif dan langsung menghasilkan produk. Ditambah lagi akses untuk mendapat fasilitas penelitian yang baik masih sulit sehingga penelitian-penelitian terkait ilmu dasar kurang diminati dan kurang berkembang,” papar lulusan School of Chemistry The University of Bristol, United Kingdom ini .
Atas prestasi yang diperolehnya itu, Leni berharap dapat menginspirasi para wanita muda Indonesia untuk berprestasi dan mencintai ilmu pengetahuan.  “ Women need science, science needs women and they need to work togehter ,” tegasnya.

9 komentar: